BAHASA
INDONESIA
(DEDUKTIF DAN INDUKTIF)
(DEDUKTIF DAN INDUKTIF)
A.
DEDUKTIF
Silogisme
Silogisme termasuk
dalam penalaran Deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk
mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Sebenarnya jenis silogisme banyak,
tetapi yang dibahas di sini hanya satu jenis, yaitu silogisme golongan ada yang
mengistilahkan silogisme kategorial.
Dalam silogisme
terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan yang
dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum
(premis mayor) dan premis khusus (premis minor).
Premis umum (PU) : berisi pernyataan yang
menyatakan semua anggota kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat
atau ciri
tertentu.
Premis Khusus (PK) : menyatakan seseorang atau sesuatu
anggota kelompok atau kumpulan sesuatu itu
Simpulan (P) : menyatakan
seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu itu memiliki sifat
atau ciri tertentu.
Jika ketentuan-ketentuan di atas dibuat rumus
akan menjadi:
PU :
Semua A = B
PK :
Semua C = A
S :
Semua C = B
Contoh I:
PU : Semua profesor pandai.
PK : Pak Adit adalah profesor.
S : Pak Adit pasti orang pandai.
Keterangan:
Semua A :
kelompok atau kumpulan sesuatu itu = semua profesor
B : kelompok sesuatu itu
memiliki sifat atau ciri tertentu = pandai
C : seseorang atau sesuatu
anggota kelompok itu
= Pak Adit
Contoh II:
PU : Binatang
menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK :
Kerbau binatang menyusui.
S :
Kerbau melahirkan anak dan tidak bertelur.
Catatan: Kata “semua” dapat
tidak disebutkan atau dapat juga diganti dengan kata “setiap”atau “tiap-tiap”
Contoh III:
PU :
Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK :
Peter White itu orang asing.
S :
Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia.
Silogisme Negatif
Jika salah satu premis dalam silogisme bersifat
simpulannya pun akan bersifat negatif pula. Biasanya pernyataan negatif
digunakan kata “tidak”, “tak”
Contoh I:
PU :
Semua penderita penyakit gula tidak boleh banyak makan makanan
bertepung
PK :
Pak Badu penderita penyakit gula
S :
Jadi, Pak Badu tidak boleh banyak makan makanan bertepung
Berdasarkan
bentuknya, silogisme terdiri dari;
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang
semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
a.
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik.
·
Apabila salah
satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian
makanan tidak halal dimakan (konklusi).
·
Apabila salah
satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian
pejabat tidak disenangi (konklusi).
·
Apabila kedua
premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka
kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin
tidak jujur (konklusi).
·
Apabila kedua
premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua
premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
·
Apabila term
penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh :
semua ikan
berdarah dingin.
Binatang ini
berdarah dingin.
Maka, binatang
ini adalah ikan?
Mungkin saja
binatang melata.
·
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan
binatang ?
Binatang
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
·
Term penengah
harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term
penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan
itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
∴ Januari
bersinar dilangit?
·
Silogisme harus
terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan
konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.
2.
Silogisme
Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
·
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Sekarang
hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
·
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Sekarang bumi
telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
·
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
·
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa
turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa
tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila
premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik
adalah:
·
Bila A
terlaksana maka B juga terlaksana.
·
Bila A tidak
terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
·
Bila B
terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
·
Bila B tidak
terlaksana maka A tidak terlaksana.
3.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
∴
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4.
Entimem
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara
ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Entimem adalah silogisme yang
diperpendek. Entimen tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung
mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem :
C = B, Karena C = A
Contoh :
Silogisme :
PU : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK : Ali
pegawai yang baik.
S : Ali
tidak mau menerima suap.
Entimem :
Ali tidak mau menerima suap,
karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C = Ali ;ia
B = ia tidak mau menerima suap
A = pegawai yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang
dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan menjadi silogisme, Contoh :
Entimem :
Badu harus bekerja keras,
karena ia orang yang ingin sukses.
C
: Badu
B
: harus bekerja keras
A
: orang yang ingin sukses
Silogisme :
PU
: Semua orang yang ingin sukses harus bekerja
keras.
PK
: Badu orang yang ingin sukses.
S
: Maka, Badu harus bekerja keras.
5.
Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang
premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya
bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang
disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme
ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme disyungtif dalam arti
sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti
mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia
tidak jujur (konklusi).
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti
premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴
Hasan di pasar (konklusi).
·
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif dalam arti
sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya
valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
∴
Hasan bukan tidak berbaju putih.
Silogisme disjungtif dalam arti
luas, kebenaran konklusinya adalah
1.
Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya
sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴
Maka Budi bukan pelaut.
2.
Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka
konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
∴ Dia
lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari
ke kota lain.
Sumber : http://acepgagan.blogspot.com
Wikipedia.org
Metode induktif
Paragraf
Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan-
penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama.
Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. generalisasi
adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.
2. Analogi
merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.
Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.
Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. generalisasi
adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.
2. Analogi
merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.
Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.
Wikipedia.org