TUGAS ILMU SOSIAL DASAR DAN TULISAN
NAMA: RAHMAY ALI YATENDRA
KELAS: 1KB04
NPM: 25111775
Kata Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “pemuda dan sosialisasi”
Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah ini dapat lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi semua
pembaca.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih,bila
ada kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Latar
belakang
Pemuda
itu bagaikan sang mentari,perlu di pertanyakan,mengapa pemuda itu di sebut
sebagai sang mentari?
Artinya
pemuda itu adalah orang yang umurnya berkisar 17 tahun hingga 35 tahun,yang di
saat itu para pemuda banyak berfikiran sesuai harapannya di bandingkan orang
yang tua,tapi tak semuanya pemuda berfikir seperti itu,ada pula pemuda-pemuda
yang berfikirnya malas.
Oleh
karena itu pemuda sangat berkaitan sekali dengan sosialisasinya,tanpa adanya
sosialisasi maka sifat pemuda tidak ada aturan atau disebut juga dengan pemuda
yang kacau.
Maksud
Dan Tujuan
Maksud :
Maksud saya
dari menulis karya ilmiah ini adalah memberikan wawasan yang sangat penting
dalam bidang sosial terhadap pembaca yang membaca karya ilmiah ini.
Tujuan :
Makalah ini
ditulis untuk memenuhi syarat dalam mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial.
METODOLOGI/DESKRIPSI
DAN
TINJAUAN MATERI
Pemuda
dan sosialisasi
Pemuda
adalah suatu generasi yang di pundaknya terbebani bermacam-macam harapan.hal
ini dapat dimengerti karena pemuda di harapkan sebagai penerus,generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya,generasi yang harus mengisi dan
melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Pemuda
memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya,oleh karena itu berbagai
potensi positif yang di miliki generasi muda ini harus di garap,dalam arti
pengmbangan dan pembinaannya hendaknya harus sesuai dengan asas,arah,dan tujuan
pengembangannya.
Proses
sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan
diri pemuda kemampuan diri pemuda untuk melaraskan diri tengah-tengah kehidupan
masyarakatnya.seorang pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang
ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah
masyarakat dan mempunyai motivasi social yang tinggi.
POTENSI-POTENSI
PEMUDA
a.Idealis dan daya kritis : secara sosiologis generasi muda
belum mapan dalam tatanan yang ada , maka ia dapat melihat
kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan
baru.
b.dinamika dan kreatifitas.
c.keberanian mengambil resiko
d.optimis dan kegairahan semangat
e.sikap kemandirian dan disiplin murni
f.terdidik
g.keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
h.patriotismedan nasionalisme
i.sikpa kesatria
j.kemampuan kekuasaan ilmu dan teknologi.
b.dinamika dan kreatifitas.
c.keberanian mengambil resiko
d.optimis dan kegairahan semangat
e.sikap kemandirian dan disiplin murni
f.terdidik
g.keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
h.patriotismedan nasionalisme
i.sikpa kesatria
j.kemampuan kekuasaan ilmu dan teknologi.
Sosialisasi adalah sebuah
proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke
generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Jenis
sosialisasi
a.Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa
kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar
keluarganya.
Dalam tahap
ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan
anggota keluarga terdekatnya.
b.Sosialisasi sekunder
Sosialisasi
sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi
dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu
identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang
mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
Tahap-tahap
seseorang menjadi pemuda
- Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini
dialami sejak manusia dilahirkan,
saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru
meski tidak sempurna.
Contoh: Kata
"makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata
tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami
secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
- Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini
ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap
ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini
disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
- Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri
dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin
kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai
dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
- Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah
dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain,
ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya
peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak
dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih
menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self
concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.
Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga
tahapan sebagai berikut.
1. Kita
membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak
merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena
sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan
pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia,
selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang
terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam
berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain.
Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa
dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada
apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh
informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana
perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya
penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan
penuh percaya diri.
Ketiga tahapan
di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya.
Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan
memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang
terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
STUDI
KASUS
DAN
PEMBAHASANNYA
Study kasus
Mengapa pemuda itu banyak berandaian yang jauh lebih dalam untuk menggapai
cita-citanya?
Pembahasannya
Karena
pemuda itu pemikirannya sangat luas,berusaha untuk mewujudkan
keinginannya,,misalnya ingin mebuat sebuah robot,pemuda berlatih keras dan
tekun dalam mewujudkan ke inginannya
Kesimpulan
Pemuda dan sosialisasi adalah aspek
kehidupan yang saling berkaitan.
Sosialisasi pemda itu sebagai sebuah
proses seumur hidup bagaimana seorang pemuda
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang
meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma
social yang terdapat dalam
masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
saran
Sebagai pemuda kita harus bersikap
baik dan membangun agar masa depan kita tidak suram,untuk itu maka sebagai
pemuda kita harus belajar dengan giat dan tekun
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar